403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID IPgjBiECA5Raa7G8-JU2RB83uabumgHAk49U677A6M0Lu1LO9xlkXQ==
Politikdevide et impera atau politik adu domba adalah strategi yang digunakan Belanda untuk melemahkan kekuasaan-kekuasaan kerajaan di Indonesia agar mendapatkan keuntungan yang besar.Salah satu kerajaan yang diadudomba oleh VOC adalah kerajaan Banten. Strategi yang dilakukan VOC untuk menaklukan Banten adalah devide et impera (politik adu domba).
- Strategi Belanda yang paling berhasil dalam menghadapi perlawanan dari penguasa lokal bangsa Indonesia yaitu dengan melakukan politik adu domba atau devide et impera. Strategi yang juga dikenal sebagai politik pecah belah tersebut dipopulerkan oleh Julius Caesar dalam upaya membangun Kekaisaran Romawi. Cara melakukan devide et impera adalah menimbulkan perpecahan di suatu wilayah, sehingga mudah untuk et impera artinya secara harfiah adalah "pecah dan berkuasa". Baca juga Kondisi Bangsa Indonesia di Masa Penjajahan Belanda Contoh politik devide et impera di Indonesia Dalam buku "Mohamad Isa - Pejuang Kemerdekaan yang Visioner" 2016 karya Feris Yuarsa, contoh politik devide et impera yang diterapkan di Indonesia bisa dilihat di mengawalinya dengan membentuk Gerakan Daerah Istimewa Sumatra Selatan GDISS, untuk mendirikan Negara Sumatera Selatan yang mengusung semboyan "Sumatera Selatan untuk Sumatera Selatan". Badan tersebut dibentuk dua bulan setelah Agresi Militer 1 dan otak di belakang aksi itu adalah Dr HJ van Mook. Ia mengembuskan isu separatis dan menghasut bahwa warga Palembang tidak suka dipimpin orang Jawa, Sumatera Utara, atau Sumatera Tengah. Van Mook bahkan mengatakan secara terang-terangan, penduduk asli Palembang tidak akan pernah menempati posisi kunci selama orang-orang dari luar Palembang berkuasa Hasutan Van Mook kemudian termakan oleh sebagian kecil warga Palembang yang diiming-imingi dengan berbagai kewenangan dan kekuasaan.
SejarahPenjajahan Indonesia. Selama abad ke-18, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (disingkat VOC) memantapkan dirinya sebagai kekuatan ekonomi dan politik di pulau Jawa setelah runtuhnya Kesultanan Mataram. Perusahaan dagang Belanda ini telah menjadi kekuatan utama di perdagangan Asia sejak awal 1600-an, tetapi pada abad ke-18 mulai
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hubungan Sunda dan Jawa sebelumnya berlangsung dengan harmonis, bukti keharmonisan hubungan tersebut ialah dengan adanya naskah-naskah kuno diantaranya 1. Kitab Calon Arang, menceritakan hubungan niaga beberapa daerah di Nusantara salah satunya hubungan niaga antara kerajaan Sunda dengan Jawa timur kerajaan Daha atau kerajaan Kediri yang berlangsung dengan baik. 2. Kitab Tanti Panggelaran, kitab yang ditulis dengan bahasa Jawa tengahan yaitu bahasa Jawa yang mengalami transisi dari bahasa Jawa kuno ke bahasa Jawa modern. Kitab ini menceritakan kondisi pulau Jawa dari zaman purba, salah satu bahasan dalam kitab ini mengenai wilayah kerajaan yang berkembang di Jawa barat, gunung-gunung yang di anggap suci di Jawa barat, juga membicarakan budaya Jawa kuno dan Sunda Sejarah Mengenai Perang BubatLatar belakang dari perang Bubat ini menurut kidung Sunda merupakan konflik antara kepentingan Hayam Wuruk yang merupakan salah satu raja di kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada yang merupakan Patih atau penasihat di kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk yang tak kunjung menikah pada saat itu mengadakan sayembara dengan mengirimkan utusan ke berbagai kerajaan ke segala penjuru Nusantara. Para utusan tersebut membawa lukisan-lukisan putri raja dari kerajaan yang di datanginya namun tidak ada yang mampu menarik perhatian Hayam Wuruk. Tak lama kemudian Hayam Wuruk mendapat kabar bahwa putri di kerajaan Sunda memiliki paras yang cantik maka Hayam Wuruk mengirim seorang juru lukis ke kerajaan Sunda. Setelah melihat lukisan tersebut Hayam Wuruk tertarik dan ingin menikah dengan putri kerajaan Sunda yang bernama Dyah Pitaloka Raja kerajaan Sunda sangat senang dan setuju dengan pernikahan yang akan berlangsung. Maka datanglah rombongan kerajaan Sunda dengan jumlah sekitar 2000 kapal termasuk kapal-kapal kondisi di Majapahit sedang sibuk mempersiapkan berbagai persiapan untuk menyambut kedatangan calon permaisuri Hayam Wuruk dan rombongannya. 10 hari kemudian sampailah rombongan dari kerajaan Sunda di desa Bubat. Hayam Wuruk beserta kedua pamannya yang merestui hubungan tersebut yaitu raja Kahuripan dan raja Daha bersiap untuk menyambut kedatangan mereka namun hal tersebut di cegah oleh Gajahmada dengan alasan "tidak seyogyanya seorang Maharaja Majapahit menyongsong seorang raja yang berstatus sebagai raja Vasal seperti raja Sunda, ditakutkan ada seorang musuh yang sedang menyamar" karena ucapan Gajahmada tersebut Hayam Wuruk beserta kedua pamannya Menurut dan menunggu di Sunda yang menunggu terlalu lama mengirim utusan ke rumah Patih gajah Mada dan mengancam bahwa rombongan mereka akan bertolak pulang dan mengira bahwa Hayam Wuruk ingkar janji. Namun yang terjadi di sana ternyata pertengkaran karna gajah Mada ingin orang-orang Sunda bersikap selayaknya vasal-vasal Majapahit yang menurut di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit. Hal tersebut di tolak oleh raja kerajaan Sunda yang lebih memilih gugur sebagai seorang ksatria demi membela kehormatan diri dan kerajaan dari pada hidup tetapi dihina oleh orang Majapahit. Maka perang pun tak peperangan tersebut Raja Sunda dan pasukannya tewas terbunuh, adapun istri dan anaknya yaitu Dyah Pitaloka memilih untuk bunuh diri. Hayam Wuruk terpukul atas kejadian tersebut dan meratapinya. Setelah itu Hayam Wuruk menyelenggarakan upacara untuk menyembah yang kan dan mendoakan para prosesi mendoakan arwah selesai, maka kedua pamannya beserta Hayam Wuruk menyalahkan gajah Mada atas terjadinya pristiwa ini. Hayam Wuruk berniat menghukum mati Gajahmada. Maka datanglah kedua paman Hayam Wuruk ke rumah Gajahmada. Namun gajah Mada dengan menggunakan segala perlengkapan nya melakukan yoga samadi dan setelah itu ia moksa menuju Wuruk yang merasa bersalah kepada kerajaan Sunda meminta maaf dan manifestasi permintaan maaf tersebut berupa naskah kidung Sunda. Sejarah kelam diatas menjadi latar belakang kebencian antara Sunda dan Jawa. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
XRrMGR.